Ada Cinta di SMA

Otak dan hati sering kali berselisih. Saat otak mengharuskan kita melihat segala sesuatu dari banyak sisi, hati pun pasti ingin didengar dan dituruti. Lalu, bagaimana bila hati selalu hadir di tengah kompetisi pemilihan ketua OSIS?

Didukung Aldi, sahabatnya, Iqbal mencalonkan diri menjadi ketua OSIS untuk menggantikan posisi Kiki. Dalam kompetisi itu, Iqbal harus bersaing dengan Ayla, sosok pintar yang berambisi besar untuk menang. Ya, Ayla, gadis cantik yang dulu pernah mengisi ruang di hati Iqbal.

Iqbal ingin membuktikan kepada orangtua dan teman-temannya, bahwa ia mampu meski hatinya ingin mengalah. Sementara, Aldi selalu mendukung penuh sahabatnya meski menghalalkan segala cara dan mengabaikan hati kecilnya. Begitu pula Kiki, yang ingin mengikuti kata hatinya untuk fokus menekuni bidang musik setelah dia tak lagi menjabat sebagai ketua OSIS.

Lalu, apakah hati bisa menjadi juaranya?

Kalah bukan pilihan.

Menang adalah tujuan. 

***

Iqbal dan Aldi bersahabat. Iqbal lahir dan besar dari keluarga besar, dengan banyak saudara. Keluarganya sederhana, bukan dari kalangan berada. Keluarga Iqbal menginginkan dia bersekolah yang benar, tidak usah macam-macam. Iqbal juga senang bermusik. Sementara Aldi, dia berasal dari keluarga berada. Obsesinya adalah ingin bermain band. Namun, fasilitas sekolah di klub musik menurutnya tidak memadai. Aldi termasuk anak gaul kekinian yang hobinya ber-snapchatAda pula Kiki, ketua OSIS yang sebentar lagi selesai jabatannya. Diam-diam, dia punya minat sangat besar dengan musik, tapi mendapat tantangan yang besar dari ayahnya. Dulunya, ayah Kiki adalah seorang pemusik. Namun, kehidupan berbalik hingga sekarang sang ayah berprofesi sebagai pengendara ojekonline.

Tahun ini, pemilihan ketua OSIS dilakukan secara terbuka. Iqbal memutuskan untuk mencalonkan diri, karena dia ingin membuktikan kalau dirinya bisa berarti. Sebagai sahabat, Aldi mendukung Iqbal sepenuh hati, bahkan rela menghalalkan segala cara. Dalam persaingan perebutan posisi sebagai ketua OSIS, Iqbal berhadapan dengan Ayla, seorang gadis pintar ambisius yang membutuhkan posisi ketua OSIS sebagai pengalaman yang akan dibutuhkannya untuk beasiswa. 

Selain persaingan yang sengit dalam mengambil hati siswa-siswa di sekolahnya untuk memilih mereka, bumbu-bumbu percintaan pun muncul di antara keduanya. Tidak hanya antara Iqbal dan Ayla saja, tetapi bagi Aldi juga, dan Kiki, dengan tetangga samping rumahnya. Bagaimana bisa terjadi? Dan siapakah yang akhirnya dapat membuktikan diri? Bagaimana dengan obsesi bermusik yang ada pada Iqbal, Aldi, dan Kiki?

***

Pertama, saya bukan Comate (meskipun senang sama Iqbal dan terkejut dengan perubahan penampilan Aldi yang jadi makin cakep #heh). Tapi, saya harus mengakui kalau novel ini seru (dan saya jadi kepingin nonton filmnya meskipun belum kesampaian, hehehe). Saya baca ini karena kebutuhan riset, sebenarnya. Saya lagi butuh bacaan teenlit yang segar. Waktu baca contoh novel ini beberapa halaman di play book, saya langsung suka! Lalu, saya memutuskan untuk mencari versi cetaknya di Gramedia. 

Dan setelah membaca, ternyata seru. Saya suka bagaimana penulis menceritakan kisahnya. Tahulah saya bahwa di novel ini banyak sekali tokoh. Dan saya paham sekali bahwa ketiga tokoh utama kita, para personel CJR, harus mendapatkan porsi cerita dan konflik mereka masing-masing terlepas dari plot utama cerita ini. Jadi, boleh saya katakan bahwa penulis sukses meramu kisah ini dengan tidak membuat pembacanya bingung. Di bab-bab awal, penulis menggerakkan "kamera"-nya untuk memperkenalkan karakter-karakter penting dengan cara yang keren.

Saya suka dengan teknik menulis yang dimiliki penulis untuk kisah ini. Paragraf pendek-pendek, bahkan ada banyak yang hanya disampaikan dalam satu kalimat. Ini sukses membuat pembaca merasakan penekanan-penekanan pada scene yang sedang berlangsung. I learned a lot, thank you!

Pada mulanya, waktu saya melihat rating buku ini di Goodreads, saya terkejut dengan banyak yang merating dengan fantastis bombastis, hahaha. Oke, harus saya akui, CJR punya fans fanatik yang tidak bisa kau sepelekan begitu saja. Nah, saya jadi ragu, apakah buku ini selayak itu mendapatkan bintang bagus. Dan hasilnya, setelah saya membacanya, yah..., ada Cinta di SMA layak untuk itu. Dari buku-buku teenlit yang saya baca, buku ini termasuk yang terbagus. Percayalah. (Tbh, saya cukup "kejam" dalam merating teenlit.) Dan buku ini, berada di atas ekspektasi saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak jaman sekarang

Cintaku Di Putih Abu-Abu

Cerita Cinta